Digital Civility Index
Kali ini gw mau nulis uneg uneg aja nih. Beberapa waktu lalu Microsoft mengumumkan tingkat kesopanan pengguna internet sepanjang 2020. Dalam laporan berjudul Digital Civility Index (DCI) indonesia berada di urutan ke-29 dari 32 negara yang disurvei untuk tingkat kesopanan, sekaligus menjadi yang terendah di Asia Tenggara.
Laporan itu berdasarkan survei yang diikuti oleh 16.000 responden di 32 negara. Sistem penilaian laporan tersebut berkisar dari skala nol hingga 100. Semakin tinggi skor maka semakin rendah kesopanan daring di negara tersebut.
Skor kesopanan daring di Indonesia sendiri naik delapan poin, dari 67 pada tahun 2019 menjadi 76 pada tahun 2020.
Microsoft menyampaikan ada 503 responden remaja dan dewasa yang terlibat dalam survei tersebut. Penelitian dilakukan mulai April dan Mei 2020. Survei itu merupakan upaya mempromosikan interaksi online yang lebih aman, lebih sehat, dan lebih saling menghormati.
Terdapat tiga risiko utama di ruang digital yang dihadapi warga Indonesia, yakni hoax dan scam (+13), ujaran kebencian (+5), dan diskriminasi (-2).
Intinya memprihatinkan tapi gw ngak ngebahas itu. Kalian mau liat lebih detail bisa cek website Digital Civility Index and Promoting a Safer Internet | Microsoft
Masalah
Kamis (25/2/2021) malam akun Instagram Microsoft dibanjiri komentar hingga lebih dari 2.000 komentar dari netizen yang tak terima dengan hasil survey tersebut. Namun, pada Jumat (26/2/2021) pagi kolom komentar akun itu dimatikan.
Nah ini dia masalahnya, jika laporan nya emang begitu yaudah kita seharusnya sadar diri. Kalo emang ingin membuktikan survey Microsoft salah seharusnya jangan malah komentar yang kaga-kaga udah lagi segala report barengan sebenernya tanpa di sadari kelakuan itu membuktikan jika survey itu valid. Kenapa ngak anteng aja gitu.
Bakan saat gw buat artikel ini gw cek lagi (14/3/21) saat komentar pertama kali di buka masih ada aja gitu yang komen ini itulah, liat di komentar paling atas :
"Kami selalu bersatu di mana pun kami berada. Stop berkata tentang kami kalau tidak tahu yang sebenarnya. Microsoft oke"
Maap ya. Ini menurut gw ini sih logical fallacy, kenape ? ente kritik ente ribut sendiri ente kira bakal di respon gitu ? kaga! kaga akan di respon ini korporat gede cuy.
Penyebab
Banyak faktornya, ini yang gw tau aja semenjak main sosmed :
- Buzzer dan akun sosmed (reposter) yang gila atensi sehingga memicu perdebatan di kolom komentar yang memungkinkan algoritma untuk mendorong postingan nya.
- Literasi yang minin dimana tidak adanya pemikiran kritis saat membaca seperti banyak nya yang termakan hoax dan penipuan.
- Gampang di adu domba seperti contoh nyata nya "ada teman ribut yang lain malah nyuruh ribut beneran dan nungguin sampe kelar".
- Overproud, banyak faktor nya.
- Influencer / Selebdigital ini pemicu juga.
Sekiranya yang gw liat selama beberapa tahun ini. kayaknya kalo gw cuma bacot doang tanpa ngasih solusi itu bulshit juga deh.
Solusi
Gw bukan pakar tapi sebagai sesama Warga Sipil ini yang gw bisa kasih solusi nya :
- Bangun ekosistem internet yang baik.
- Etika dan sopan santun di dunia nyata nya terapin juga di dunia digital, kan orang indonesia terkenal akan ramahnya. Coba diterapin biar ngak "muda dua".
- Jadi diri sendiri "Gentle" kalo emang ngak suka sama orang/organisasi pake personal akun. Jangan pake second akun dan bacot sana sini tanpa kasih solusi.
- Jangan mudah terprovokasi di manapun lu berada karena selalu ada aja entah di digital atau nyata.
- Kalo emang belom siap main Internet matikan Data/Wifi lu coba keluar bersosialisasi.
- Hilangin stresss jangan di internet coba olahraga gunain energi negatif lu ke hal positif.
Yok bisa yok, indonesia do better next.
mantap
BalasHapus